foto:ilustrasi/ist.
Palembang - Bidikfakta.com, Provinsi Sumatera Selatan siap mengembangkan Porang sebagai tanaman sela perkebunan karena nilai ekonominya potensial menambah penghasilan petani.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel, Rudi Arpian, mengatakan wilayah Sumsel cocok untuk budidaya Porang dan rencana pengembangan sudah ditanggapi positif oleh kalangan petani.
"Kemarin dalam FGD sudah ditawarkan kepada para petani dan mereka mau, tapi mereka bilang masih susah modal, itu masalahnya," ujar Rudi Arpian di Palembang. Senin(13/1/20)
Menurut dia Porang yang masuk jenis umbi-umbian memiliki banyak khasiat dan produk turunan dalam bidang pangan (tepung), farmasi, teknologi hingga kosmetik.
Sehingga permintaan Porang di pasar domestik maupun ekspor juga lumayan besar, kata dia, Indonesia baru bisa memenuhi 10 - 20 persen permintaan pasar dunia yang mayoritas ke Jepang dan Tiongkok.
Harga Porang segar di tingkat petani berkisar Rp4.000 - Rp 6.000 per kilogram dengan berat umbi bisa 2-4 kilogram per batang, harganya bisa naik dua kali lipat jika sudah diolah dan kondisi siap ekspor, sementara satu hektar lahan penuh bisa untuk 6.000 batang Porang.
Selain umbinya, hal paling menggiurkan yakni Porang juga menghasilkan biji-biji katak yang dapat ditanam kembali menjadi porang baru, satu batang Porang bisa menghasilkan 3 - 4 biji katak dalam waktu tujuh bulan sejak penanaman.
Sehingga jika petani menanam 40.000 Porang, maka tujuh bulan atau satu tahun kemudian dapat menanam 120.000 batang Porang yang baru.
"Namun harga bibitnya masih tergolong mahal, bisa mencapai Rp160.000 per kilogram di mana satu kilogramnya berisi 100 - 200 butir," tambah Rudi.
Meski demikian ia membuka kemungkinan bantuan bibit dari pemerintah agar budidaya Porang bisa lebih cepat diimplementasikan, salah satu daerah yang telah menjajal budidaya Porang yakni Kabupaten Ogan Ilir.
"Untuk saat ini kami anjurkan petani-petani yang sudah mapan alias ada modal supaya coba budidaya Porang, untuk tahap pertama memang butuh Rp160 juta, tetapi dalam satu tahun sudah balik modal dan raih untung," ujarnya.Red-Rohman/ist.
0 Komentar