MASIH ADA WAKTU TERSISA (Kaidah Beribadah dan Beramaliah)

Kota Serang - bidikfakta.com, 25 Juli 2024
MASIH ADA WAKTU TERSISA
(Kaidah Beribadah dan Beramaliah)

Oleh: Endang Yusro
(Kepala SMA Muhammadiyah Kota Serang)

"Apa-apa yang tidak bisa dilakukan semuanya, jangan ditinggalkan seluruhnya"

Kalimat pernyataan di atas merupakan kaidah atau rumusan para ulama dalam bertingkah laku yang membuka catatan dhuha di pojok Kampus Sang Surya SMA Muhammadiyah Kota Serang (Kamis, 25/7/2024).

Pernyataan tersebut menggambarkan betapa mudahnya dalam ber-Islam.  

Kemudahan itu terletak dari banyaknya pilihan dalam beribadah dan beramal shalih.

Adapun kaidah tersebut berbunyi:

Ù…َا لاَ ÙŠُدْرَÙƒُ ÙƒُÙ„ُّÙ‡ُ لاَ ÙŠُتْرَÙƒُ جُÙ„ُّÙ‡ُ

Ungkapan tersebut kurang lebih bermakna, jika kita tidak bisa melakukan sesuatu amalan secara sempurna, maka tidak mengapa kita melaksanakan sebagiannya saja sesuai dengan kemampuan kita.

Rumus turunannya (kayak yang belajar Aljabar saja 😀🤭), bahwa sesungguhnya melaksanakan sebagian amal kebaikan itu lebih mulia daripada meninggalkannya sama sekali.

Lebih mengkerucut lagi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.

Jika kita mau mengambil contoh, ketika kita tidak bisa melaksanakan tugas secara maksimal, maka kita bisa melakukan semampu kita.

Contoh lain dalam beribadah, jika tidak bisa melakukan shalat sambil berdiri, maka kita bisa melakukan salat fardu sambil duduk, bahkan boleh sambil tidur.

Andaipun kita tidak bisa melakukan shalat malam setiap hari, maka kita lakukan shalat malam sesuai kemampuan.

Atau kalau tidak bisa salat malam sama sekali, maka minimal salat witir sebelum tidur.

Begitupun dengan shalat yang lainnya, tidak bisa salat dhuha 8 rakaat, maka tak mengapa salat dhuha 4 rakaat, bahkan hanya 2 rakaat sekalipun.

Dalam beramaliah, jika tidak bisa bersedekah dalam jumlah banyak, tak mengapa sedikit asal hati ikhlas. Terpenting adalah sedikit asalkan berkelanjutan.

Seorang siswa yang belum/tidak bisa mengerjakan seluruh tugas yang diberikan, maka kerjakan apa yang bisa kita kerjakan setelah berupaya mengerjakan dengan segenap kemampuan.

Kita yakin bahwa hasil itu adalah hak prerogatif Yang Maha Kuasa, Rabbal Jalali wal ikram.

Tak ada sesuatupun yang luput dari kehendak Allah S.W.T., bahkan sehelai daun yang gugurpun berada dalam Takdir-Nya.

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)." (QS Al-An'am: 59)


Redaksi, Indra Gunawan Rawe

Posting Komentar

0 Komentar